Pages

Rabu, 28 Maret 2012

ARTIKEL : Kalau Tidak Ingin Aib Kita Dibuka Maka Jangan Membuka Aib Saudara Kita?

Kalau Tidak Ingin Aib Kita Dibuka Maka Jangan Membuka Aib Saudara Kita?
Tak ada gading yang tak retak kata pepatah yang artinya tak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Selalu saja ada kekurangan. Boleh jadi ada yang bagus dalam rupa, tapi ada kekurangan dalam gaya bicara. Boleh jadi pandai berbicara, tapi tidak mampu menjalaninya, Boleh jadi kelihatan santun, tapi tidak mampu menahan emosinya, pokoknya kalau kuat di satu sisi, tapi rentan di sisi yang lain, pasti yang namanya manusia itu mempunyai kelemahan.

Seorang mukmin apalagi yang bertaqwa mesti cermat mengukur timbangan penilaian terhadap seseorang, apa pun orang yang sedang dinilai, keadilan tak boleh dilupakan. Walaupun terhadap orang yang tidak disukai. Yakinlah kalau di balik keburukan sifat seorang mukmin, pasti ada kebaikan di sisi yang lain.

Ketahuilah jika Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang, ia akan membuat orang itu dapat melihat aib-aibnya. Orang yang memiliki bashirah (mata hati) yang tajam akan mengetahui aib-aibnya. Jika ia telah mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat mengubatinya. Namun kebanyakan orang tidak mengetahui aibnya sendiri. Manusia dapat mengetahui kotoran yang terdapat di mata temannya, tetapi ia tidak mampu melihat kotoran di matanya.

Ketika seorang mukmin membuka dan menyebarkan aib saudaranya, ada dua kesalahan yang dilakukan sekaligus. Pertama, ada nilai keagungan Islam yang terkotori karena reaksi yang muncul memojokkan umat Islam, terlebih yang kita sebar aibnya adalah orang yang selama ini kita anggap baik sebagai pendakwah misalnya, yang terlontar adalah kata-kata " munafik... atau gak nyangka ck ckc ck..."

Kedua, orang yang gemar menyebarkan aib saudaranya, sebenarnya tanpa sadar sedang memperlihatkan jati dirinya yang asli. Antara lain, tidak bisa memegang rahasia, lemah kesetiakawanan, dan penyebar berita bohong. Semakin banyak aib yang ia sebarkan, kian jelas keburukan diri si penyebar.

Ego manusia sombong selalu mengatakan kalau ‘akulah yang selalu baik. Dan yang lain buruk’. Dominasi ego seperti inilah yang kerap membuat timbangan penilaian jadi tidak adil. Kesalahan dan kekurangan orang lain begitu jelas, tapi kekurangan diri tak pernah terlihat. Padahal, kalau bukan karena kebaikan Allah menutup aib diri kita, niscaya kita akan ngumpet karena malu.
karena orang lain pun akan secara jelas menemukan aib kita,

Sebelum memberi reaksi terhadap aib orang lain, lihatlah secara jernih seperti apa mutu diri sendiri. Lebih baikkah? Atau, jangan-jangan lebih buruk. Dari situlah ucapan syukur dan istighfar mengalir dari hati yang paling dalam. Syukur kalau diri ternyata lebih baik. Dan istighfar jika terlihat bahwa diri sendiri lebih buruk.

Tatap aib saudara mukmin lain dengan pandangan baik sangka. Mungkin ia terpaksa. Mungkin itulah pilihan buruk dari sekian yang terburuk. Mungkin langkah dia jauh lebih baik dari kita, jika berada pada situasi dan kondisi yang sama. Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.

Membuka aib seorang mukmin berarti memperlihatkan aib sendiri dan diam adalah pilihan terbaik ketika tidak ada bahan ucapan yang baik. Simpanlah aib seorang teman dan saudara sesama mukmin, karena dengan begitu; kelak, Allah swt., akan menutup aib kita di hadapan manusia.

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101012162628AAcdLHn

Selasa, 27 Maret 2012

Kumpulan Puisi untuk Guru dan Pendidikan Terbaru


Pendidikan tidaklah terlepas dari namanya Seorang Guru karena Guru bisa mendidik mereka menjadi seorang  yang lebih berarti dimasyarakat sampai mereka yang menjadi Presiden, akan tetapi seorang Guru tidaklah menginginkan Tanda jasa kepada Orang yang pernah Dididiknya, Oke kita langsung saja dibawah ini adalah Kumpulan Puisi untuk Guru dan Pendidikan Terbaru.

Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
Terimah kasih guru
Kaulah pembimbingku……
Kaulah pengajarku……
Kaulah pendidikku……
Guru……
Itulah julukanmu……
Yang tak pernah bosan dalam……
Mengajar dan membimbingku
Guru……
Tanpa dirimu aku akan hancur……
Tanpa dirimu aku akan sengsara……
Tanpa dirimu aku akan sesat……
Guru……
Terima kasih……
Atas segala jasa-jasamu……


Pahlawan Tanpa Tanda Jasa 
Pahlawan tanpa tanda jasa
Ialah Guru
Yang mendidik ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar
Senyummu memberikan semangat untuk kami
Menyongsong masa depan yang lebih baik
Setitik peluhmu
Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar
Untuk murid-muridnya
Terima kasih Guru
Perjuanganmu sangat berarti bagiku
Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini
Akan selalu ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku

Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan

Di Antara Dua
Di antara dua, aku harus memilih
Entah satu baik atau buruk
Aku tak bisa berdiri di antara keduanya
Dan aku menentukannya

Di antara dua, aku harus masuk
Entah satu mudah atau sulit
Aku tak bisa bergelut di antara keduanya
Dan aku meratapinya

Di antara dua,aku harus berjuang
Entah satu manis atau pahit
Aku tak berhenti meraih satunya
Dan aku tak ingin kalah

http://www.lokerseni.web.id/2011/07/kumpulan-puisi-untuk-guru-dan.html